Pedang Waktu
Tentunya sangat berbahaya, jika ada orang yang memainkan pedang yang sangat tajam, padahal ia belum memiliki keterampilan dalam menggunakannya. Sebelum melukai orang lain, dirinya sendiri terlebih dahulu tersayat bahkan dapat saja terbunuh oleh senjatanya sendiri.
Begitu juga waktu, yang dalam peribahasa Arab seperti pedang. Ia akan menebas siapa saja, yang tidak dapat memanfaatkannya. Betapa banyak penyesalan dirasakan karena membuang waktu yang sangat berharga. Terluka dengan kekecewaan, seandainya dulu, sekiranya waktu itu. Namun, semua tak akan kembali. Sang waktu seolah menghukum mereka dengan rasa sesal yang dalam.
Satu detik mungkin dianggap tak seberapa, tapi bagi seorang pembalap Moto GP dan Formula 1, satu detik adalah jarak yang jauh. Karena perbandingan waktu di antara mereka seperseribu detik. Satu detik juga menjadi waktu yang sangat berharga bagi seseorang yang terhindar dari kecelakaan.
Satu menit mungkin dianggap biasa, tapi bagi orang yang ketinggalan pesawat itu menyebabkan semua rencananya buyar dan gagal. Satu jam mungkin biasa saja, tapi bagi orang yang sedang menunggu operasi orang tercintanya, terasa lama dan sangat penting.
Satu hari boleh jadi sepertinya biasa saja, tapi bagi pekerja harian itu adalah anugerah yang tidak terkira. Satu bulan menjadi waktu yang sangat bernilai, bagi Ibu yang sedang mengandung dan akan melahirkan. Satu tahun sangat terasa, bagi seorang siswa yang harus mengulang karena tidak dapat naik kelas.
Tidak ada seorang pun yang mampu menjamin, sedetik kemudian ia masih dapat menghirup napas kehidupan. Karena kematian adalah misteri yang tetap menjadi rahasia. Bukan masalah muda, tua, sakit, ataupun sehat. Kematian akan datang di saat yang memang ditentukan, di waktu yang memang telah ditetapkan.
Boleh saja seseorang merasa sehat dan kematian terasa jauh. Namun, jika sudah saatnya, penyebab kematian terkadang terlihat sederhana. Bahkan gigitan binatang kecil seperti nyamuk yang dianggap biasa. Dapat Tuhan jadikan penyebab kehilangan nyawa seseorang yang sebelumnya terlihat fit, segar bugar. Dan tak seorang pun memperkirakan kematian mendatanginya dengan rapi dan sempurna.
Meskipun sudah tua dan sakit-sakitan. Kalau belum waktunya berpulang, ya tetap saja menikmati sandiwara dunia. Sebaliknya, meski muda, sehat, gagah. Jika sudah habis masanya, tak ada perlambatan. Saat itu juga, harus berakhir menjadi lakon di dunia ini. Kematian memang selalu menjadi misteri.
Kematian tidak akan terhalang oleh kekayaan, maupun jabatan. Semuanya menjadi lemah saat berhadapan dengan waktu yang memang sudah ditetapkan. Tidak peduli sehebat apa pun sebutannya, sultan, raja, presiden, direktur, bos ataupun yang lainnya. Tetap saja,
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati." (QS. Al-Ankabut: 57)
Bagi orang yang begitu menghargai waktu, setiap detik adalah harta yang sangat berharga, istimewa karena tidak akan mungkin terulang. Baginya bukan tentang uang, tapi tentang kehidupan. Setiap detiknya ia coba untuk isi dengan hal terbaik, terindah, dan yang pasti membuat Tuhan rida karena anugerah waktu digunakan sebagaimana mestinya.
Waktu laksana pedang yang akan menyayat siapa saja yang gagal untuk menggunakannya. Dan Tuhan telah bersumpah dengan waktu. Setiap detik, kita diuji untuk apakah waktu itu digunakan. Apakah untuk membahagiakan orang lain? Atau sebaliknya, merasa nyaman dengan menyakiti orang lain?
Apakah digunakan untuk kebaikan dengan bersegera melakukannya? Atau sebaliknya, lebih senang menunda kebaikan? Jika usia tidak ada yang tahu, lalu mengapa masih melalaikan waktu salat? Seolah yakin sedetik ke depan masih dapat bernapas.
Sumber: Zuhri, Saepudin. (2022). Salat On Time, Karena Mati Any Time. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Posting Komentar untuk "Pedang Waktu"
Posting Komentar