Jebakan Nafsu

Pada suatu malam, Syekh Abul Al-Abbas menyaksikan beberapa orang yang terlihat begitu khusyuk melakukan salat malam. Mereka berdiri dengan rakaat yang sangat banyak. Setelah mereka menyelesaikan salatnya, Syekh menghampiri mereka, kemudian bertanya dengan lembut,

"Apakah kalian selalu salat Subuh tepat waktu?"

"Kami terkadang kesiangan Syekh, karena bangun malam. Siang harinya kami tidur karena malam kami beribadah, sehingga tidak sempat mencari rezeki," jawab mereka.

"Dari mana kalian mendapatkan makanan?" Syekh lanjut bertanya.

"Para tetangga kami yang memberi makanan, Syekh," ungkap mereka.

"Hentikanlah salat malam kalian jika seperti itu, laksanakan salat Subuh tepat waktu dan bekerjalah di siang hari untuk mencari rezeki dari Allah. Kalian meninggalkan perkara yang wajib demi yang sunah. Kalian menjadi beban orang lain, sehingga kemuliaan kalian belum tentu lebih tinggi dari tetangga kalian. Bertobatlah!" Syekh menasihati mereka.

Cuplikan dari Tanbih Al Mughtarin karya Imam As-Sya'rani di atas, semakin menegaskan nasihat Syekh Al-Tustari dan Syekh Ibnu Athaillah.

"Di antara tanda memperturutkan hawa nafsu adalah bergegas dalam amalan sunah, namun malas dalam melaksanakan amalan yang wajib." (Al-Hikam Ibnu Athaillah)

Sering kali bisikan nafsu menggiring seseorang untuk mengutamakan yang bersifat sunah, padahal tidak berdosa jika ditinggalkan. Sedangkan yang bersifat wajib dilakukan dengan penuh beban dan terasa berat.

Hal tersebut sering terjadi, menurut KH. Sholeh Darat dalam Syarah Al-Hikam karena dalam melaksanakan ibadah fardhu tidak dapat menaikkan derajatnya dalam pandangan manusia. Berbeda dengan amalan sunah, maka ada kemungkinan seseorang akan terkenal dan mendapatkan kedudukan istimewa di kalangan masyarakat. Itulah yang diinginkan oleh nafsu. Jebakan yang harus diwaspadai oleh siapa pun.

Sumber: Zuhri, Saepudin. (2022). Salat On Time, Karena Mati Any Time. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Posting Komentar untuk "Jebakan Nafsu"