Anak-anak yang Membahagiakan

Pendidikannya memang hanya sampai sekolah dasar, pekerjaannya pun serabutan. Mulai dari membersihkan selokan yang mampet, sampai mengganti genteng yang pecah. Dari meratakan sebuah bangunan hingga mendirikan bangunan. Apa saja dikerjakan asal halal. Namun, diusianya yang sudah berkepala lima, fisiknya masih terpelihara. Kekar, kuat dan berotot. Semuanya bukan karena dilatih melalui gym atau fitness, tapi sebab bekerja dengan fisiknya sejak usia SD. Hal yang terjadi karena kondisinya yang sudah ditinggal ayah tercintanya sejak usia tiga tahun. Tak ada pilihan, selain menjadikannya pekerja keras yang bertanggung jawab atas keluarganya.
Di balik segala hal yang oleh sebagian orang disebut sebagai kekurangan, ada satu hal yang membuatnya berbeda dengan yang lain. Ia selalu memohon kepada yang akan menjadi majikannya agar diizinkan istirahat sekitar setengah jam sebelum azan berkumandang. Bukan sekadar untuk makan, tapi ia ingin salat dalam keadaan bersih, rapi sehingga terlebih dahulu bersuci dengan mandi. Ia memilih tidak mengambil pekerjaan jika tidak diizinkan untuk itu. Walau dalam hitungan rupiah cukup menggiurkan.
Banyak yang ingin bertanya tentang perilakunya itu, tetapi terlalu sungkan. Karena memang Pak Soleh orang yang jarang bicara.
Hingga pada suatu saat, beliau menyampaikan bahwa sikapnya itu dilakukan supaya semua anak-anaknya tumbuh dari rezeki yang halal dan terjaga, serta denagn segala kekurangan ilmunya ia berharap suatu saat nanti anak-anaknya selalu mendirikan salat dan mendoakannya.
Walaupun dengan segala keterbatasan, Pak Soleh merupakan teladan di kampungnya. Bukan saja karena keteguhannya selalu menjaga salat, bekerja keras, dan sering berbagi, tetapi juga tentang keberhasilannya mendidik ketiga putra-putrinya.
Putra pertamanya kini menjadi guru, anak muda yang tidak saja berbakti kepada negerinya dengan etos kerja yang hebat dalam menjalankan profesi, juga merupakan anak yang berbakti. Telah berkali-kali sebenarnya ia ingin ayahnya tidak lagi bekerja, cukup di rumah menikmati masa tuanya.
Tapi, ayahnya bergeming. Pak Soleh selalu menyampaikan kepada anak lelaki pertamanya itu, bahwa bergerak itu berkah. Bukan masalah uang, tapi bergerak itu keberkahan, ia menikmati pekerjaannya walau kini mungkin hanya untuk dirinya, istri serta anak bungsu yang juga telah mandiri. Baginya menjemput rezeki, adalah menjemput karunia Tuhan. Memang transfer uang yang diberikan kedua anaknya sudah lebih dari cukup untuk kehidupannya yang sederhana, tapi menikmati uang dari keringatnya sendiri lebih terasa lezat dan membahagiakan.
Itu cerita anak pertamanya, anak keduanya yang juga seorang lelaki. Tidak kalah berbaktinya, dengan pekerjaannya kini sebagai aparatur negara, tepatnya polisi. Selalu menyempatkan untuk ngopi bersama ayahnya. Sambil membawa singkong goreng, salah satu makanan favorit ayat tercintanya.
Saat ia dinyatakan lulus dari pelatihan kepolisian, ia memeluk dan mencium tangan serta pipi ayahnya itu dengan penuh haru dan kebanggaan. Berterima kasih atas perjuangan ayahnya yang menjadikan ia sampai pada kondisinya saat ini.
Selain polisi, ia juga seorang yang menjaga hafalan Al-Qur'an. Wajahnya yang cerah bercahaya, dan lisannya yang santun dan lembut, menjadikannya sebagai aparatur negara yang dicintai oleh masyarakat. Pak Soleh dan istrinya selalu bersemangat jika menceritakan anak-anaknya, termasuk putra keduanya ini. Ada kebahagiaan yang hadir, saat melihat foto anaknya yang berseragam polisi menempel pada dinding rumahnya yang sederhana. Pak Soleh selalu terharu dan tidak berhenti bersyukur kepada Allah, karena kondisi kedua putranya lebih baik dari dirinya. Hal yang semakin menguatkannya, untuk selalu menyambut waktu salat dengan penuh kesungguhan.
Anak ketiganya adalah seorang perempuan, kini memasuki semester akhir di jurusan Teknologi Informasi. Selain sebagai mahasiswi, ia juga tidak risih untuk berjualan online. Menariknya, di akun Instagramnya, selain berisi jualan pakaian dan pernak-pernik perempuan, juga foto-foto kebersamaan dengan ayah dan ibunya. Walau terkadang, Pak Soleh dan istrinya cenderung malu untuk berfoto. Tapi, ia selalu tersenyum penuh kebanggaan bersama orang tuanya. Selain kuliah dan sedikit berbisnis, ia juga aktif di komunitas akhwat yang membuat konten-konten posifif dan bernuansa Islam serta berbagi dengan yang kurang mampu. Sama dengan Pak Soleh, anak perempuannya juga selalu berupaya menjaga salat.
Sungguh, di antara kebahagiaan yang sangat terasa adalah saat memiliki anak-anak yang menjadi penyejuk mata bagi orang tuanya. Disertai pengharapan sebagai orang tua, jika nanti sudah tidak bersama mereka di dunia. Aliran doa dan kebaikan buah hatinya tetapi mengalir sebagai bakti, kasih sayang dan tentu pengabdian kepada Tuhan.
"Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa." (QS.Al-Furqan: 74)
Sumber: Zuhri, Saepudin. (2022). Salat On Time, Karena Mati Any Time. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Posting Komentar untuk "Anak-anak yang Membahagiakan"
Posting Komentar