Saat Merugi

Indra dan Andri adalah dua saudara yang meneruskan usaha kedua orang tuanya. Mereka menjadi pemilik dan pengelola toko kelontong yang lumayan lengkap dan murah, hanya saja mereka merasa usahanya jalan di tempat, bahkan cenderung merugi. Ada saja kejadian yang mencegah mereka untuk maju dan berkembang.

Kalau tidak rugi, karena salah harga, tertipu, dicuri, bahkan yang terakhir sebagian tokonya terbakar. Mereka sudah berupaya sedemikian rupa agar tokonya semakin maju, namun tetap saja ada kejadian yang mencegahnya.

Semula mereka menggunakan jasa yang tidak sepantasnya demi perkembangan tokonya. Tapi, ibunya malah sakit. Ternyata ibunya yang telah tua itu sakit, karena tidak menerima jika tokonya yang dulu dirintisnya menyebabkan kedua anaknya mendekati kemusyrikan. Bu Aminah tidak rela jika harus berurusan dengan kemurkaan Allah.

Dua saudara itu, kemudian menyadari kekhilafannya, dan menghentikan semua yang menyerempet kemusyrikan. Mereka mencari bagaimana bisnis mereka tidak terpuruk, namun dengan cara yang Allah rida juga kedua orang tuanya merestui.

Ada salah satu karyawannya yang menyarankan untuk sesekali mengikuti majelis zikir yang dipimpin oleh Kiai Muhammad. Siapa tahu Allah bukakan jalan kebaikan, lagi pula banyak yang berkonsultasi dengan beliau apalagi soal bisnis.

Mereka berdua akhirnya mengikuti saran karyawan itu. Dan secara rutin sebulan sekali mengikuti majelis zikir, walau terkadang merasa malu, namun perasaan itu mereka lawan.

"Kalau memang harta itu adalah rezeki kita, maka akan mendekati kita bagaimanapun caranya. Seandainya kita tertipu, jika itu memang rezeki kita juga akan kembali. Jadi berbaik sangkalah kepada Allah, bersyukurlah!" Kiai suatu waktu menasihati semua yang hadir.

Nasihat yang membuat mereka berdua merenung. Sebenarnya ingin sekali mereka menanyakan terkait bisnis mereka kepada kiai, tapi kesempatannya tidak mudah. Karena jemaah yang hadir meluber di madrasah sehingga selalu ke bagian di lantai luar madrasah.

Hingga suatu malam, mereka berdua justru dipanggil. Madrasah sedang sepi, betapa beruntungnya padahal untuk bertemu langsung tidaklah mudah.

"Kemari saudaraku!" Kiai Muhammad menyeru.

"Iya, Pak Kiai, terima kasih." Mereka mendekat kepada Kiai, hendak bertanya. Namun mulut mereka seperti terkunci. Tertahan dengan cahaya wibawa kiai yang memendar di ruang madrasah yang harum.

"Saudaraku, salah satu penyebab rezeki kita bermasalah. Salah satunya karena kurang mendekati Sang Maha Pemberi Rezeki, Allah taala. Karena itu untuk kalian berdua, lakukan salat awal waktu dan hentikan kebiasaan minum khamar yah. Insya Allah. Terima kasih." Kiai setengah berbisik kepada mereka berdua, seperti tidak ingin terdengar oleh asistennya yang berada di sampingnya.

Mereka berdua sambil menunduk hormat berujar,

"Terima kasih Kiai, insya Allah kami berupaya untuk memenuhi sarannya!"

Sekembalinya mereka ke rumah. Mereka berdua saling pandang, dan meminta saling jujur siapa di antara mereka yang suka mabuk. Akhirnya salah seorang dari mereka mengaku sering mabuk-mabukan walau tersembunyi. Di antara mereka juga ternyata walau tidak mabuk, ada salat yang sering ditinggalkan yaitu Isya dan Subuh.

Mereka akhirnya berupaya bertobat, yang satu menghentikan mabuknya dan salat awal waktu. Sedang yang lainnya berupaya untuk selalu melaksanakan salat wajib serta melakukannya di awal waktu. Mereka berdua saling mengingatkan demi kebahagiaan mereka baik di dunia apalagi di akhirat.

Seiring waktu, banyak kejadian yang seolah di luar nalar mereka, namun tidak ada yang mustahil bagi Allah. Mulai langganan baru yang membeli selalu banyak, juga orang yang pernah menipu mereka meminta maaf dan kembali membayarkan yang menjadi hak mereka. Termasuk pencuri yang selama ini dicari, ternyata karyawan mereka sendiri, dan tertangkap basah oleh polisi yang sedang patroli.

Dengan pelan, omzet toko mereka terus naik. Tidak ingin terlena, mereka pun mulai rajin bersedekah. Selain ikut mendukung majelis zikir tiap bulannya, disisihkan juga untuk berbagi dengan tetangga yang berkekurangan. Bahkan berani memberi bonus lebih untuk karyawannya, jika keuntungan juga meningkat. Dan yang tak kalah penting, semua karyawan toko harus berupaya salat awal waktu.

Sungguh Allah tidak akan menyia-nyiakan segala upaya untuk kebaikan dengan limpahan nikmat-Nya yang tidak disangka-sangka.

"Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Sumber: Zuhri, Saepudin. (2022). Salat On Time, Karena Mati Any Time. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Posting Komentar untuk "Saat Merugi"