Tidak Ada Penyesalan

Ini adalah kesempatan terakhir bagi dua orang yang sudah lama bersahabat itu, untuk menjadi pegawai tetap di perusahaan tempatnya bekerja selama 10 tahun lebih.
Iman dan Ikhlas, bukan pekerja yang malas, ataupun sering mangkir. Sehingga selama itu, belum juga menjadi pegawai tetap. Mereka berdua adalah pegawai yang berdedikasi, berkali-kali pihak manajemen merekomendasikan untuk menjadi pegawai tetap. Tetapi, kebijakan perusahaan agar setiap calon pegawai tetap untuk tes, membuat mereka harus mengikut peraturan itu. Dan dalam tes itu, skor mereka belum memadai untuk menjadi pegawai. Namun, mereka selalu berkeyakinan memang mungkin belum rezekinya. Serta dengan penuh keyakinan juga, pasti Allah memiliki rencana yang lebih baik.
Sudah lebih dari tujuh belas kali mengikuti tes, dan belum berhasil. Membuat mereka tidak terlalu berharap. Apalagi saat ini adalah kesempatan terakhir. Mereka berdua sengaja mencari tambahan penghasilan lainnya, dengan berjualan secara online. Sehingga, jika memang perusahaan memutus kontraknya, masih ada nafkah yang dapat diberikan kepada keluarganya.
Sore itu, bagian SDM cukup sesak oleh banyaknya pelamar yang antre untuk verifikasi persyaratan yang telah mereka upload. Saking banyaknya pencari kerja, hingga puluhan orang luber keluar ruangan dan berdiri mengantre.
Di antara yang berdiri itu tampak Iman dan Ikhlas, dua orang pegawai yang juga mencoba melamar untuk posisi supervisor. Gelar Sarjana Teknik Mesin dan Teknik Elektro yang mereka dapatkan, di tengah kesibukannya bekerja, menjadi modal untuk memperbaiki karier bekerja. Karena selama ini, ijazah yang mereka gunakan adalah ijazah SMK.
Sebelumnya mereka melamar untuk menjadi pegawai tetap sebagai operator, dengan bermodal ijazah SMK. Kini, mereka mencoba untuk menjemput rezekinya, walau tidak yakin karena dengan level operator saja mereka belum berhasil. Ini adalah kesempatan terakhir mereka, karena usia yang telah maksimal untuk penerimaan pegawai.
Suasana sekitar tempat verifikasi mulai redup, namun cuacanya sejuk, dengan semilir angin yang berembus, menjadi penawar rasa bosan menunggu. Jam telah menunjukkan pukul 15.00 WIB, mereka berdua, Iman dan Ikhlas masih harus menunggu di antrean nomor 37 dan 38. Waktu verifikasi hanya sampai pukul 16.00 WIB. Sebagian besar pelamar agak gusar, karena petugas yang melayani terbatas. Hal tersebut terjadi karena ada inspeksi dari pimpinan pusat yang urgen dan mendadak.
Waktu terus bergulir, antrean mulai bergeser, mereka masih harus menunggu. Jam telah menunjukkan pukul 15.15 WIB.
"Man, sudah mau Asar, kita salat saja. Kalau memang rezekinya tentu nggak akan ke mana."
"Iya benar Ikhlas, lagi pula pegawai tetap belum tentu, kalau salat udah pasti telah kalau kita masih di sini!"
Mereka berdua akhirnya memisahkan diri dari barisan antrean, disertai senyuman pengantre lain karena kurangnya dua orang. Dua sahabat itu berjalan menuju masjid perusahaan, yang telah biasa dikunjungi. Mereka berdua memang selalu berupaya salat awal waktu dengan berjemaah.
Iman dengan suaranya yang merdu, memang sering menjadi muazin, dan pada waktu Asar ini dia pun mengumandangkan azan, mencoba meresapi semua kalimat panggilan salat itu. Walaupun, ingatan tentang verifikasi untuk tes pegawai tetap kerap hadir. Tapi, ia meyakinkan kalau memang rezekinya nggak akan tertukar. Kalau memang saat ini tidak bisa menjadi pegawai tetap, ya sudahlah, Allah mungkin memiliki skenario yang lebih baik.
Pikiran yang sama juga terlintas pada sahabatnya Ikhlas, sudah pasrah. Lagi pula, bukan kali ini saja mereka belum berhasil. Daripada salat telat untuk sesuatu yang belum pasti, mending salat sudah pasti itu perintah Allah.
Walau dalam salat Asar pikiran tentang nasib sering kali mampir, mereka mencoba kuatkan salat dengan selalu mengingat Allah. Jika ingatan soal verifikasi itu mampir, maka saat yang sama mereka hadirkan pula ingatan kepada Allah.
Setelah mereka selesai salat, waktu sudah menunjukkan pukul 15.45, mereka beranjak, bersiap menuju aula SDM. Mereka pasrah, kalau sudah tutup ya sudah. Memang belum rezekinya.
Saat berjalan menuju tempat antrean, mereka terkejut karena tempat itu justru lengang. Mereka terheran, pada ke mana ini orang-orang? Padahal tadi cukup sesak. Mereka tetap mendekat ke ruangan petugas pemeriksa.
"Iman, Ikhlas, sini cepat!" Ada yang berseru dari jendela kantor. Rahman, manajer SDM itu malah memanggil mereka. Dua sahabat itu pun bersegera menyambut panggilan itu.
"Ada apa Pak Rahman, kenapa kami dipanggil, dan ke mana yang lain?" Iman bertanya.
"Kalian kan mau ikut tes juga. Biar sini saya verifikasi langsung. Biar besok tidak ke sini lagi dan fokus kerja. Baru nanti saat tes kalian perlihatkan kartu tesnya ke kepala regu!" ujar Pak Rahman.
"Terima kasih Pak Rahman!" mereka berdua bersamaan mengucapkan.
"Sudah cukup verifikasinya. Semua syarat ini saya simpan. Semoga kalian beruntung, ya. Sudah lama kalian ingin jadi pegawai tetap, tapi sekarang jabatannya lebih tinggi. Lebih konsentrasi saja saat tesnya. Ini kartu ujiannya, saya percaya kalian tidak akan telat," Pak Rahman menegaskan.
"Oh iya, soal ke mana yang lain, mereka saya suruh besok saja datang lagi, diperpanjang waktunya. Soalnya kasihan mereka berdiri dan berjubel, belum lagi bahan baku yang masuk jadi tersendat. Kalau besok, petugasnya lebih banyak," menjawab pertanyaan Iman sebelumnya.
Sedikit kekhawatiran mereka soal verifikasi berkas berkurang, memang Allah punya rencana yang lebih baik. Sekarang tinggal bersiap tes dua hari kemudian. Mereka berdua semakin yakin, jika Allah yang diutamakan tidak akan ada penyesalan.
Singkat cerita, izin Allah, akhirnya mereka memenuhi kriteria penilaian sebagai supervisor. Setelah menunggu sepuluh tahun. Allah memiliki rencana sempurna, karena kini justru mereka menjadi pegawai tetap di jabatan yang lebih tinggi. Mereka terus menjaga salat awal waktu, sebagai rasa syukur terhadap segala nikmat yang tidak akan mampu untuk dihitung. Menjaga salat di awal waktu menjadi penguat rohani mereka, agar selalu yakin bahwa Allah taala memiliki rencana yang lebih baik.
Sumber: Zuhri, Saepudin. (2022). Salat On Time, Karena Mati Any Time. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Posting Komentar untuk "Tidak Ada Penyesalan"
Posting Komentar