Awalnya di Surga

Kembali lagi mengingat awal kisah kehidupan manusia, yang pernah tinggal di surga. Di sana adalah tempat kebahagiaan kekal dan tiada susah payah di dalamnya. Nabi Adam as., hidup bahagia di surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai sebagaimana gambaran surga dalam Al-Qur'an. Dipenuhi buah-buahan, air susu yang nikmat bagi peminumnya. Nabi Adam as., pada suatu waktu merasakan kesepian karena hidup sendiri dalam surga. Ia pun meminta kepada Allah Subhanahu wa taala agar diberikan teman di surga, manusia seperti dirinya. Allah Subhanahu wa taala menciptakan Hawa untuk menemani Nabi Adam as., di surga yang mana hawa tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam. Mereka berdua pun hidup bahagia di surga. Tetapi tentu saja harus selalu diingat dalam kehidupan Nabi Adam dan Hawa di surga, ada satu makhluk yang tidak suka, iri melihat kebahagiaan dan kesejahteraan hidup mereka. Yah, Iblis. Nama yang sudah tak asing lagi, rasa sombong yang ada dan terus di pupuknya menjadikan ia makhluk terlaknat yang ditakdirkan akan menjadi penghuni neraka.

Dengan bisikannya, ia menggoda Nabi Adam dan Hawa, agar memakan satu buah yang dilarang untuk dimakan. Segala bujuk rayu, tipu muslihat dilontarkannya. "Kemudian setan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya, dengan berkata, "Wahai Adam! Maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa?" (QS. Thaha: 120)

Pada akhirnya, manusia penghuni surga terbujuk memakan buah yang sudah dilarang. "Lalu keduanya memakannya, lalu tampaklah oleh keduanya aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan telah durhakalah Adam kepada Tuhannya, dan sesatlah dia." (QS. Thaha: 121)

Dengan demikian, telah berhasilah Iblis memainkan tipu dayanya dalam menyesatkan manusia pertama. Menjadikan manusia yang disesatkannya menjadi tidak taat dan berdosa kepada Rabbnya. Yang perlu kita ketahui, bahwa dari gambaran tentang kehidupan awal Nabi Adam di surga adalah manusia bukanlah makhluk sempurna. Ianya adalah makhluk yang tak luput dari khilaf namun ia pula adalah hamba yang merasa bersalah atas khilaf, menyadari, menginsyafi, dan memohon ampun atas dosa-dosanya.

Nanti, disanalah, di surga, tempat kita kembali. Selalu berdoa agar akhir kita husnulkhatimah, sehingga dapat berkumpul kembali dengan orang-orang yang kita cintai, bertetangga dengan Rasulullah saw. Kami mencabut rasa dendam dari dalam dada mereka, (di surga) mengalir di bawah mereka sungai-sungai. Mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami ke surga ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak menunjukkan kami. Sungguh, rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran." Diserukan kepada mereka, "Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu karena apa yang selalu kamu kerjakan." (QS. Al-A'raf: 43)

Sumber: Herawati. (2022). Menjadi Hamba yang Dicintai Allah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Posting Komentar untuk "Awalnya di Surga"