Berjuang Hidup di Bumi

Sebagai hamba yang wajib untuk taat pada sang pencipta tidak dilakukan oleh Nabi Adam, walaupun hanya melakukan satu kesalahan, bukan berarti sebuah alasan untuk mencari pembenaran. Tetap saja ia melanggar perintah Allah Subhanahu wa taala. Nabi Adam langsung menyadari kesalahannya dan meminta ampun, bertobat kepada Allah Subhanahu wa taala. "Kemudian Tuhannya memilih dia, maka Dia meneria tobatnya dan memberinya petunjuk." (QS. Thaha: 122)

Nabi Adam dan Hawa diperintahkan Allah Subhanahu wa taala untuk turun dan hidup di bumi. "Dia (Allah) berfirman, Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." (QS. Thaha: 123)

Dimulailah babak baru dalam kehidupan seorang manusia, yakni melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di bumi. Awalnya Nabi Adam dan Hawa diturunkan di bumi tidak pada lokasi yang sama. Keduanya menjelajah bumi hingga akhirnya ditakdirkan Allah Subhanahu wa taala untuk bertemu kembali. Kehidupan mereka berdua berlangsung di bumi dengan berjuang, sebagaimana yang kita lakukan sekarang ini. Jika ingin memperoleh sesuatu harus berusaha terlebih dahulu tidak seperti di surga, yang semua langsung tersaji begitu hati menginginkannya.

Di bumi, kita diberikan peran masing-masing. Tanggung jawab dan ikhtiar yang berbeda pula. Masing-masing menjalani kehidupan yang digariskan untuk mereka. Oleh karena itu, janganlah membandingkan kehidupan kita dengan yang lainnya, karena proses kita tidak sama. Yang perlu diingat adalah Allah Mahaadil. Tiap diri memiliki karunia dan kelebihan masing-masing yang diberikan Allah. Syukuri dan gunakan sebaik-baiknya untuk kemaslahatan umat, untuk memberi manfaat terhadap sekitar.

Seorang ayah yang bekerja keras mencari nafkah untuk kelangsungan hidup keluarga dan anak-anak. Kerja kerasnya disertai dengan niat yang benar dan berharap rida Allah, mendapat pahala. Seorang ibu mengandung sembilan bulan dengan membawa bayi yang tak ringan ke sana kemari dalam perutnya. Melahirkan, menyusui, mengganti popok sang anak di kala orang-orang masih terlelap tidur adalah bentuk cinta seorang ibu, yang mana jika diniatkan tulus karena Allah akan mendapat pahala.

Seorang anak yang polos, tanpa dosa, meniru tingkah laku orang-orang sekitar. Makin lama makin beranjak besar memasuki usia Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga ke gerbang universitas. Saat belum akil balig, ia mulai membantu ibunya mencuci piring, menyapu, mengepel lantai, membereskan tempat tidur. Ayah dan ibunya mengajarinya cara melaksanakan salat, mengaji, dan berpuasa. Tiap sore orangtua mengantar jemput anak ke Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) di dekat rumah dengan harapan sang anak dapat menjadi hamba yang beriman dan bertakwa, anak yang saleh, amal jariah bagi kedua orangtua.

Peran sebagai seorang anak dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa taala, berbakti kepada orangtua adalah yang diperintah-Nya. Rida Allah tergantung kepada rida orangtua. Allah menitipkan rasa cinta anak terhadap orangtuanya. Dengan rasa itu, kita membantu, menyenangkan hati, membuat orang tua tersenyum dan kita menjadi seperti yang selalu mereka doakan, yakni qurrota 'ayun. Dan anak pun mendapat pahala karena baktinya kepada orangtua.

Pelajar yang pergi sekolah demi menuntut ilmu, berkorban tenaga dan waktu diniatkannya untuk mencari rida Allah mendapat pahala. "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim). Segala peranan hidup yang Allah Subhanahu wa taala amanahkan kepada kita manusia juga dinilai pahala, bahkan mempermudah jalan menuju surga. Betapa baiknya Yang Maha Rahman dan Rahim.

Sebagai seorang tetangga, jangan pernah menyakiti mereka dengan lisanmu. "Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Berbuat baiklah terhadap orangtua, kerabat dekat, anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang sombong dan membanggakan diri." (QS. An-Nisa: 36)

Berilah makanan untuk menyenangkan mereka. Sebagai guru, mendidik anak-anak dengan ikhlas. Senang ketika melihat anak didiknya sukses dalam menggapai cita, menjadi kebahagiaan tersendiri yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Seorang pemimpin yang adil, amanah, serta cinta terhadap rakyatnya. Rakyat yang cinta kepada pemimpinnya. Seorang dokter dengan ilmu yang ada padanya, membantu sesama. Seorang penulis yang menggunakan tulisannya demi memberi manfaat kepada para pembaca. Seorang tukang bangunan yang bekerja siang malam dengan memperhatikan konstruksi-konstruksi banguan, agar baik dan dapat ditinggali dengan nyaman. Titipan-titipan dalam bentuk amanah seharusnya kita jalankan dengan sebaik mungkin.

Karena setiap amanah yang dititipkan akan diminta pertanggungjawabannya. Sudahkah dengan titipan tadi semakin mendekatkan kita kepada Allah Subhanahu wa taala.

Sumber: Herawati. (2022). Menjadi Hamba yang Dicintai Allah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Posting Komentar untuk "Berjuang Hidup di Bumi"