Tugas Seorang Hamba

Amal saleh satu akan menarik amalan lainnya. Mereka berteman, mereka bersaudara. Begitu pula maksiat satu akan mengundang maksiat lainnya. Kadang saat seseorang mulai hijrah, ia tidak tahu di waktu-waktu berikutnya ia akan melakukan apa. Ia hanya melakukan hal apa yang ia bisa sekarang. Dari yang tadinya berpakaian baju serba terbuka, akhirnya ia berhijab. Hanya itu, ia mencoba menaati Rabbnya dengan mulai mengenakan apa yang wajib dipakai seorang muslimah yang telah akil balig. Kemudian, dia mulai berteman dengan sesama muslimah yang berhijab.

Ingat, bahwa seseorang yang berfrekuensi sama akan menarik satu sama lainnya. Dan kodrat manusia, mencari yang sefrekuensi. Rasulullah saw., bersabda, "Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR. Bukhari dan Muslim)

"Yuk Minggu depan ada kajian loh di masjid ini... pergi yuk!" Akhirnya ia pergi ke majelis ilmu, tempat bernaungnya sayap-sayap malaikat. Rasulullah saw., bersabda, "Tidaklah suatu kaum duduk berzikir (mengingat) Allah, melainkan mereka dikelilingi oleh para malaikat, diliputi oleh rahmat, diturunkan sakinah (ketenangan), dan mereka disebut oleh Allah di hadapan malaikat yang ada di sisi-Nya." (HR. Muslim)

Berlomba-lombalah dalam kebaikan. Tabung amalmu sebanyak-banyaknya sebagai bekal untuk akhiratmu. Ibadah itu harus dipaksakan, setelah dipaksakan akan menjadi kebiasaan, selanjutnya menjadi sebuah kenikmatan. Kau membentuk habitmu, akhirnya habit-mu akan membentuk siapa dirimu. Apa itu kebiasaan? Misalnya seperti ini, kau terbiasa makan pukul 3 sore setiap hari. Aktivitas itu telah dilakukan selama beberapa tahun. Pada suatu waktu, kau tidak makan pada jam tersebut, perutmu akan sakit dan meminta untuk diisi. Atau seperti ini, setiap bangun tidur, hal pertama yang dilakukan adalah mencari ponsel dan membuka WhatsApp, Instagram, hingga TikTok. Besok dan besoknya lagi, begitulah rutinitasmu. Memegang ponsel adalah hal pertama yang kau lakukan saat matamu terbuka. Nah, itu telah menjadi habit-mu. Baik atau buruknya habit, seharusnya dirimu yang paling mengetahui.

Begitupula dengan ibadah, saat tahajud telah menjadi hal yang kau lakukan setiap hari. Jika pada suatu waktu, kau tidak melaksanakannya. Kau akan merasa ada yang kurang, hatimu sedih. Bahkan tak jarang menangis karena tertinggal salat tahajud. Makanya, jangan heran, ada orang-orang yang jangankan salat wajib, salat tahajud saja yang termasuk ibadah sunah sanggup membuatnya meneteskan air mata jika absen dalam pelaksanaannya.

Yang paling tinggi, ketika kita dapat merasakan ibadah sebagai suatu kenikmatan. Hatinya senang, jiwanya bahagia dengan ibadah. Pernah suatu waktu, mendengar beberapa orang yang merencanakan pergi berlibur ke gunung atau ke luar kota dengan alasan penat karena pekerjaan, butuh refreshing, bosan dengan rutinitas. Maka, pergilah mereka untuk liburan. Ketika berlibur, mereka akan happy, bersenang-senang, tertawa bahagia. Saat pulang, kepenatan dan kebosanan akan kembali dirasakan mereka.

Sebaliknya, seseorang yang telah merasakan nikmatnya ibadah. Ibadah adalah sarana baginya mencari kebahagiaan, mengisi jiwa dan menemukan apa yang ia cari. Majelis ilmu ditujunya, ia pergi ke taman surga, di sanalah tempat 'refreshing'-nya. ia akan sibuk melaksanakan ibadah satu ke lainnya. Setelah salat wajib, ia mengerjakan salat sunah, salat duha, salat tahajud, puasa sunah, mengaji, bersedekah, dan dari ibadah satu ke ibadah lainnya. Orang lain akan memberi label saleh pada dirinya. Padahal yang ia kerjakan sudah menjadi sebuah kenikmatan yang belum dirasakan oleh orang yang melihatnya.

Tak lagi asyik menggibah orang lain, ia sibuk membantu sesama. Tak lagi hati mendengki, ia sering kali mendoakan orang lain. Lihatlah orang yang lebih muda daripada kita, lebih baik karena ia masih muda belum banyak dosa yang diperbuatnya. Lihatlah orang yang lebih tua, lebih baik daripada kita karena usianya lebih lama, banyak amal yang telah dilakukannya.

Allah memberi kita ibadah-ibadah wajib dan sunah. Apa itu wajib? Jika dilakukan memperoleh pahala, jika ditinggalkan mendapat dosa. Apa itu sunah? Jika dikerjakan mendapat pahala, jika ditinggalkan mendapat dosa. Sering kali, kita mendengar, itukan hanya sunah? Iya memang benar sunah, tidak wajib. Tetapi, pernyataan 'hanya', seolah-olah memberikan alasan, ya sudah tidak apa kok jika tidak dikerjakan. Ujung-ujungnya menutup jalan kita menambah amal. Padahal Allah memberikan ibadah sunah tersebut, agar lebih banyak jalan kita untuk berada di shiratal mustaqim. Seharusnya, ini ibadah sunah loh, kesempatan kita memperbanyak pahala. Kawan, kita tidak tahu amalan-amalan wajib yang kita lakukan sudah sempurna atau belum. Diterima atau tidak tersebab masih seringnya hati lalai dan tidak khusyuk, kurang tulusnya niat. Ibadah sunahlah yang akan membantu amalan-amalan wajib.

Mengerjakan hal mubah itu dibolehkan, tapi jangan sampai membuat kita terlena, sehingga banyak waktu terbengkalai. Padahal bisa melakukan hal-hal yang diwajibkan dan disunahkan.

Nah, kita ambil contoh, seseorang yang bercita-cita menjadi guru, dokter, dan pengusaha. Bukankah mereka tahu bahwa ada ikhtiar-ikhtiar yang harus mereka lakukan. Tidak hanya berbaring seharian atau duduk di depan laptop menonton channel YouTube para artis sepanjang waktu atau hanya menghabiskan waktu untuk bermain game. Mereka melakukan itu sekadarnya saja, hanya jika ada waktu luang.

Sementara jadwalnya telah dipenuhi dengan jadwal-jadwal yang padat demi mencapai cita-cita. Ada target-target yang harus dikejar. Seperti sore hari membaca buku dari halaman sekian sampai sekian. Mengerjakan latihan-latihan untuk mengasah kemampuan, mengikuti les berkenaan dengan bidang yang ingin ditekuni. Ya, kawan, benar, cita-cita yang ingin dicapai itu baik, tetapi alangkah lebih baiknya jika disandingkan dengan tujuan akhir kita. Menjadi guru yang baik dan dengan ilmu, dapat mengajarkan anak-anak hal-hal yang sesuai dengan ajaran Islam, walaupun mungkin mengajar materi umum tetapi tetap terkandung hikmah di dalamnya.

Berhasil dalam bidang kedokterannya, menjadikan ia seseorang yang suka memberikan edukasi terkait bidang yang dikuasai melalui media sosial agar orang lain mendapat manfaat. Bahkan sebagian kesuksesan dari hasil channel-nya akan disumbangkan untuk membantu sesama. Terlibat dalam penelitian-penelitian yang tentu saja memperhatikan kehalalan kandungan produk obat-obatan yang dipakai.

Menjadi pengusaha sukses. Yang dengan kesuksesannya, ia dapat membantu masyarakat ramai dengan mempekerjakan dan membantu mereka mencari nafkah. Dengan menjadi pengusaha yang sukses, dapat bersedekah lebih banyak, bisa membangun sekolah, dan dapat membantu anak-anak dalam pendidikan.

Semua itu hanya cara agar mendapat rahmat-Nya dan rida-Nya. Sama halnya dengan akhirat kita. Bukankah tujuan kita menjadi hamba yang beriman dan bertakwa dan akan menuju surga-Nya. Buatlah target-target khusus dalam beribadah. Jangan beribadah di saat senggang, tapi jadwalkan ibadah-ibadah yang akan kau lakukan setiap jam, setiap hari bahkan setiap bulan.

Untuk ibadah wajib, tentu saja, sebagai seorang muslim, seorang hamba harus melakukannya dengan baik, sesempurna mungkin dan tepat waktu. Dalam salat Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, dan Isya. Berpuasa di bulan Ramadan, selama sebulan penuh. Jika berhalangan dengan alasan yang diperbolehkan harus mengganti puasa tersebut di luar bulan puasa. Zakat bagi yang sudah jatuh kewajiban atasnya begitu pula denga haji, bagi yang mampu.

Hendaknya diri selalu berusaha, mencoba agar menjadi mampu untuk melakukan zakat dan haji. Niatkan dahulu, insya Allah akan dibukakan pintu-pintu rezeki atas izin-Nya, yang tak kita sangka-sangka.

Berikutnya, targetkan ibadah-ibadah sunah apa yang akan dilakukan? Diazamkan, insya Allah akan dipermudah dan dibukakan jalan-jalannya. Dimulai dari salat rawatib, puasa Senin Kamis, ngaji 1 juz setiap hari, bersedekah setiap hari, membantu orangtua, membahagiakan teman dengan memberi hadiah dan berbagai macam amalan lainnya. Yang akan terbuka satu demi satu jika telah dimulai. Karena amalan satu akan mengundang amalan lainnya. Mereka bersaudara, saling menarik satu sama lain.

Sumber: Herawati. (2022). Menjadi Hamba yang Dicintai Allah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Posting Komentar untuk "Tugas Seorang Hamba"