Di Balik Setiap Pertemuan
Setiap diri hendaknya selalu berdoa, agar diberi pemahaman dan peka dalam membaca pesan dari-Nya. Di balik setiap peristiwa, dari setiap pertemuan, utamanya pertemuan dengan manusia lainnya. Kadangkala berkenalan dengan seseorang yang mengendarai mobil mewah, tinggal di rumah megah. Tetapi orangnya humble, ramah, tampak perhatian dari obrolannya. Ia mengetahui hartanya adalah sarana yang bisa dipakai untuk ke surga, selalu dan selalu menolong orang lain. Ia lulus dengan ujiannya.
Kisah pertama adalah kisah nyata yang menakjubkan bagi saya serta memberi pelajaran yang berarti. Ada seorang pengusaha sukses, mungkin bisa disebut memiliki harta yang melimpah. Orang-orang awam mungkin berpikir ia rajin menabung, sehingga pundi-pundinya terkumpul begitu banyak. Namun anehnya, menurut salah seorang penutur cerita. Yang ia ketahui sang pengusaha ini selalu jor-joran dalam memberi bantuan ataupun ketika dimintai dana. Jika ada yang meminta sedekah, ia tak berat mengeluarkan uang dalam jumlah besar. Sehingga, membuat ada yang bertanya, "Apa bapak tidak sayang dengan uang bapak?"
Lalu, si bapak menjawab, "Loh, karena sangat sayang dengan uang saya, makanya saya berikan kepada mereka, saya sedang menabung loh mas dengan perantaraan mereka. Nanti di akhirat uang itu saya ambil lagi." Betapa luar biasa iman dan keyakinannya pada Allah bahwa harta yang disedekahkan tak akan habis membuat kita bermuhasabah diri. "Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS. Al-Baqarah: 245)
Kisah kedua tentang pemilik usaha minuman, kopi. Seorang ikhwan yang tidak menetapkan harga pada kopi yang dijualnya. Ia melabeli harga bayar seikhlasnya pada kopi yang dibeli oleh pengunjung. Alhasil bukannya merugi ataupun bangkrut, malah keuntungan yang berlipat diperolehnya. Karena dari penuturannya sendiri, ada beberapa pembeli yang tak segan-segan membayar dengan jumlah uang yang begitu besar hanya untuk segelas kopinya.
Kisah ketiga mengenai pemilik usaha restoran. Pemilik mengharuskan karyawannya untuk salat wajib tepat waktu. Begitu azan dikumandangkan, semua karyawannya harus berhenti dari segala pekerjaan dan bergegas melaksanakan salat. Dari cerita pemilik restorannya, entah kenapa setiap hari hasil keuntungan restorannya selalu lebih dari jumlah seharusnya. Beliau juga menyedekahkan kelebihan dari keuntungan tersebut. Tetapi besoknya selalu berulang seperti itu. Masya Allah.
Dari mereka-mereka kita belajar, apa hakikat dan makna kehidupan yang sebenarnya, yaitu menyiapkan bekal untuk pulang.
Pergi pagi-pagi sekali, memperhatikan kanan-kiri biasanya lebih banyak melihat pemulung sampah mencari-cari barang yang masih terpakai di tiap bak sampah ataupun penyapu jalan yang masih ramai berlomba-lomba membersihkan jalanan. Dulu, tak digubris pemandangan seperti itu bahkan tak termasuk sesuatu yang menjadi perhatian. Namun sekarang, terasa ada yang mengetuk hati dan pikiran bergelayut. Apa yang bisa dilakukan untuk membantu mereka? Toh, melihat mereka bukan sebuah kebetulan, kan? Berdoa meminta rezeki kepada Allah, agar setiap hari bisa bersedekah sejumlah sekian. Mencoba memasukkan uang, rezeki yang dititipkan dalam sebuah amplop. Memberanikan diri menetepi sejenak, memberikan amplop tadi kepada mereka. Tidak tahu kenapa hati langsung merasa bahagia dan senang. Ingin mengulang hal itu kembali, targetkan untuk memberi. Beberapa dari mereka, dengan penuh ketulusan berucap, terima kasih, semoga murah rezekinya. Masya Allah. Doa-doa mereka begitu berarti.
Bertemu beraneka ragam manusia, menuntut ilmu disekolah dan mengambil pelajaran dari sekitar. Dikenalkan dengan hamba-hamba-Nya yang masya Allah, hanya dengan menatap wajah mereka saja, teduh dirasa. Begitu mereka bercakap, mengingatkan kita akan kebesaran Allah, setiap kata yang keluar dari mulut mereka mengandung hikmah. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang diambilnya, begitu banyak buku yang dilahapnya, menjadikan ia hamba yang semakin rendah hati. Suka untuk menyimak pembicaraan orang lain, memberi kesempatan lawan bicara untuk mengutarakan pendapatnya. Ia tahu ilmu yang dititipkan pada-Nya adalah bekal untuknya. Ia juga ingin menjadi salah satu hamba-Nya yang ditulis malaikat sebagai hamba yang membagikan ilmu kepada lainnya. Rasulullah saw. bersabda, "Ketika seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: (1) sedekah jariah, (2) ilmu yang bermanfaat, (3) anak saleh yang selalu mendoakan orangtuanya." (HR. Muslim)
Sejatinya, ilmu itu semakin diajarkan kepada orang lain, semakin memberi manfaat kepada si pemberi ilmu. Yang akan mendapat pemahaman lebih adalah orang yang berbagi ilmu. Berprofesi sebagai guru, memberikan materi ajar kepada murid-murid setiap hari. Hal tersebut yang membuat materi-materi suatu bidang studi begitu melekat di kepala guru. Karena tiap hari diajarkannya.
Berdasarkan penelitian, usia 25 tahun ke atas adalah usia di mana terjadi penurunan fungsi otak. Salah satunya adalah menghafal. Hal itu juga benar dirasa. Ingatan sudah tak seperti dulu lagi. Jangankan untuk mengingat materi-materi atau informasi yang ada dalam buku, benda-benda yang ditaruh saja sering lupa disimpan di mana. Hal tersebut sering dimaklumi orang-orang dengan mengatasnamakannya faktor U (usia).
Ini kisah seorang akhwat, pada usianya yang akan menginjak 28 tahun. Ia diperkenalkan dengan sebuah ma'had Bahasa Arab yang ada di kotanya. Kemudian ia masuk menjadi salah satu mahasiswi ma'had tersebut. Jam masuk ma'had, setelah waktu kerjanya selesai. Di ma'had tersebut, ia belajar Bahasa Arab dari awal, belajar hadis, dan menghafal Al-Qur'an. Setelah menjalani hari-hari di ma'had, ia merasakan kebahagiaan yang berbeda saat ia bergaul dengan teman kerjanya. Ia kemudian mengerti, mengapa kita disuruh duduk bersama orang-orang saleh. "Seseorang itu mengikuti din (agama; tabiat; akhlak) kawan dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan kawan dekat." (HR. Abu Daud)
Dan apa yang terjadi lagi, sangat menakjubkan, ingatannya kembali tajam, ia lebih fokus. Bahkan ingatannya terasa lebih tajam daripada sebelumnya. Ia begitu mudah mengingat informasi-informasi yang didapatnya baik melalui buku, ataupun media lainnya. Ia juga mudah mengingat barang-barang apa saja yang ditaruhnya. Hidupnya juga lebih teratur, sibuk mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat.
Beberapa teman mungkin menanyakan kepadamu tentang hal-hal yang berkaitan dengan hijrah dan syariat Islam. Kau pun merasa masih belum pantas untuk mengajari mereka karena dirimu juga baru mulai belajar. Tetapi teringat akan hadis sampaikan walau hanya satu ayat. "Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat." (HR. Bukhari). Kau pun menjawab sebisamu dengan diiringi doa pada-Nya, agar membantumu dalam dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Di suatu komunitas, ada kegiatan yang membutuhkan anggotanya untuk berdonasi, mengumpulkan uang. Namun, ada satu orang yang sulit sekali dalam mengeluarkan uang. Suara-suara miring mulai keluar dari mulut anggota lainnya, membicarakan tentang teman itu. Tetapi yakinilah itu terjadi, karena mungkin ia belum paham saja. Jangan men-judge orang lain berdasarkan pengetahuan kita. Karena kita tidak tahu amalan apa yang sudah ia perbuat. Bisa saja ia banyak melakukan amal saleh yang tidak ditampakkan di depan kita dan keikhlasannya lebin bernilai di sisi Allah.
Melihat anggota lainnya, kita tahu bahwa ada anggota yang sangat dermawan. Jangankan saat diminta untuk ikut berdonasi, saat tak diminta saja, ia sering berbagi kepada yang lain. Itu pelajaran untuk kita, agar menjadikan ia contoh. Supaya perbuatan baiknya bisa kita ikuti. Toh pertemuan-pertemuan dengan mereka bukanlah sebuah kebetulan.
Pasti tiap-tiap dari kita pernah memiliki teman yang selalu datang tepat waktu jika janjian. Baik itu pada saat kerja kelompok atau pergi jalan-jalan. Jika berjanji dengan teman seperti ini, kita juga menyesuaikan karena tidak enak rasanya membuat ia menunggu terus. Nah, apakah tepat waktu baik? Dan apakah diri kita termasuk salah satunya?
Tetapi adapula teman yang hobinya 'ngaret’. Teman-teman yang lain sudah hafal, jika ia pasti selalu datang melebihi waktu yang dijanjikan. Hal itu seolah menjadi kebiasannya, sehingga teman-temannya sudah mencap ia sebagai 'tukang telat'. Ketika kita membuat janji dengannya, kita akan menyesuaikan dirinya karena tak ingin menunggu. Nah, apakah ini baik? Apakah kita salah satunya?
Ambil hikmah dari setiap manusia yang diperkenalkan kepadamu.
Sumber: Herawati. (2022). Menjadi Hamba yang Dicintai Allah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Posting Komentar untuk "Di Balik Setiap Pertemuan"
Posting Komentar