Hingga Matahari Terbit di Tempat Terbenamnya

Setiap kita tak pernah luput dari salah, tak pernah alpa dari khilaf. Itulah yang dinamakan manusia. Kita bukan malaikat yang tak pernah melakukan kesalahan, namun juga bukan setan yang tak pernah mau bertobat akan kesalahan yang diperbuat.

Kita, manusia yang berbuat salah, menyadari kesalahan dan memohon ampun atas kesalahan yang diperbuat. Merasa menyesal dan berharap ampunan. Setan sering membuat manusia tersesat dengan pemikiran bahwa kau sudah terlalu banyak berbuat dosa, dan hamba tersebut malu serta takut untuk meminta ampunan. "Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan tobat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas." (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun, jangan sampai setan berhasil membuat kita tergelincir dengan penyederhanaan dari kesalahan kita. Sehingga muncul pemikiran, ya tidak apa-apa berbuat ini, toh nanti tinggal bertobat. Na'udzubillah, Jangan kawan, jika sedemikian itu, berarti setan berhasil menipumu sedangkan kita tak tahu berapa lama waktu kita hidup di bumi.

Pahami ilmu dengan baik, perkaya pengetahuan, perbanyak teman saleh. Seorang pendosa yang menyesali kesalahannya tiap malam adalah lebih baik daripada si saleh yang merasa bangga akan amal salehnya. Hal ini mengingatkan kita bahkan harta dan ilmu dapat menjadi senjata setan menyesatkan manusia. Jika dengan harta ia menjadi sombong, dengan ilmu ia menjadi angkuh, artinya ia tidak mensyukuri nikmat dan tidak lolos ujian. Tidakkah harus sebaliknya, harta dan ilmu yang dititipkan padanya semakin mendekatkan ia kepada Rabbnya.

Jawab pertanyaan ini, kau dari mana, untuk apa kau diciptakan, dan kau akan kembali ke mana?

Ada seseorang yang dilimpahi harta, ia gunakan hartanya untuk berbuat kebaikan, memberi manfaat terhadap sesama. la mendapat pahala. Ada pula seseorang yang mendapat harta namun dipergunakannya untuk berbuat maksiat. Setiap hari sibuk berbuat dosa satu ke dosa lainnya. Memenuhi buku catatan dengan dosa-dosa.

Ada seseorang yang tidak memiliki harta, tetapi ia berkeinginan untuk dapat melakukan kebaikan-kebaikan seperti yang dilakukan saudaranya yang memiliki harta. Mahabaiknya Allah, ia pun mendapat pahala tersebab niat.

Berbuat dosa dihitung satu, berbuat pahala dihitung sepuluh. Jika berniat melakukan kejahatan namun urung dikerjakan. tidak tercatat. Akan dicatat hingga ia benar-benar melakukannya. Berbeda dengan kebaikan, hanya niat saja walau belum dilakukan sudah bernilai pahala. Jika ada uzur yang menyebabkan si pemilik niat tak bisa mengerjakan apa yang menjadi keinginannya, ia tetap kan mendapat pahala.

Setiap hamba melalui prosesnya masing-masing. Ada yang terlahir dalam keluarga yang hangat dan paham akan agama. Ayah dan ibu telah membangun fondasi yang kokoh sejak akan menjalankan ibadah sunah terlama, yakni sebuah pernikahan. Mereka memiliki kesamaan visi dan misi berdasarkan tuntunan Islam. Bagaimana akan membangun sebuah keluarga, visi dan misi yang telah diniatkan akan menuntun pembentukan sebuah keluarga islami sesuai dengan ajaran Islam, dari keluarga akan lahir para pejuang-pejuang dakwah, membangun sebuah peradaban.

Pernah bukan, kita mendengar, orangtua yang berhasil membuat semua anaknya menjadi hafiz Qur'an. Ada pula sebuah keluarga yang sukses mengantarkan anak-anaknya menjadi dokter. Visi dan misi yang dimiliki oleh orangtuanya tidak biasa, mereka telah jauh memandang ke depan. Pernikahan tidak hanya menyatukan kedua insan, laki-laki dan perempuan, di dalam sebuah hubungan yang halal, tetapi ada tujuan mulia di dalamnya, yakni melahirkan sebuah peradaban. Anak-anak dalam sebuah keluarga yang nantinya akan menjadi pemuda dan merekalah penerus generasi Islam.

Anak-anak yang berada dalam keluarga baik, tentu saja berpengaruh terhadap perkembangan dan karakter mereka. Lingkungan keluarga adalah madrasah utama bagi anak. Mereka belajar, melihat, mendengar dan meniru tingkah laku kedua orangtua mereka. Keluarga merupakan landasan bagi baiknya sebuah komunitas, masyarakat bahkan negara. Dari sanalah setiap manusia menyerap ilmu pertama kali yang akan memberi pengaruh untuk ke depannya. Oleh karena itu, keluarga tak luput dari incaran setan, agar rusak dan terpecah belah, sehingga memberi pengaruh besar ke generasi, kepada umat manusia.

"Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut), kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, 'Aku telah melakukan begini dan begitu.' Iblis berkata, 'Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatu pun.' Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, 'Aku tidak meninggalkannya (untuk digoda) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya.' Maka iblis pun mendekatinya dan berkata, 'Sungguh hebat (setan) seperti engkau.'" (HR. Muslim). Perkuat fondasi dengan keimanan, agar setan tak dapat menembusnya, karena menikah adalah ibadah terlama. Dan dari pernikahan kan didapat salah satu amal jariah, yakni doa anak saleh.

Dengan didikan yang cukup dari kedua orangtua, seorang anak memperoleh bekal yang baik, tidak kekurangan kasih sayang. Diajari apa yang halal dan haram, rukun Islam, dan rukun Imam. Dengan ke semua itu, merupakan ikhtiar orangtua dalam menjaga titipan-Nya, mengenalkan pada anak pedoman yang menjadi pegangan mereka dalam pergaulan sehari-hari agar tidak terjerumus ke dalam langkah-langkah setan.

Sedari kecil dipilihkan sekolah Islam, didaftarkan pada pesantren. Terbiasa menggunakan hijab dari sebelum balig hingga setelah balig, ia sadar itu merupakan pakaiannya. Memahami batas- batas aurat bagi seorang perempuan. la tak akan goyah oleh model-model fashion gadis-gadis remaja yang berseliweran di mana-mana, media sosial atau kapan pun terpampang melalui papan iklan ataupun advertisement YouTube dan lain-lain. Karena ilmu telah ada padanya dan ia paham bahwa dirinya adalah seorang muslimah.

Adapula kita temui, seorang anak yang kecilnya merupakan anak baik dan patuh. Seiring berjalannya waktu dan ia pun memasuki usia remaja. Usia yang paling rentan. Kenapa dikatakan rentan, karena seseorang yang memasuki usia ini masih labil dan sedang mencari jati diri. Masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Saat remaja ia mulai memberontak, terkadang tidak menuruti apa kata orangtua, sering pergi bersama teman-teman tanpa izin terlebih dahulu. Masa di mana banyak hal baru yang ingin dicoba, banyak keinginan yang ingin dicapai, muncul cita akan menjadi apa di masa yang akan datang. Pendekatan-pendekatan orangtua sudah mulai berbeda, menyesuaikan tumbuh kembang anaknya. Dari yang dahulu suka dipimpin dan dibimbing menjadi lebih ingin mandiri. Mereka lebih ingin diberi kepercayaan dan kebebasan. Bukankah, sebaik-baiknya kebebasan adalah yang memiliki aturan. Karena jika tak memiliki aturan, kau akan tercerai berai. Islam panduanmu dan pedoman yang akan menuntunmu. Saat kau menggapai cita, memperoleh keinginan sesuai dengan tuntunan, kan kau dapati apa yang sejatinya kau cari. Rida-Nya.

Ada pemuda yang berhasil melalui masa mudanya dalam ketaatan, namun tak sedikit pula yang terjerumus dalam kemaksiatan. Banyak faktor yang memengaruhi, terutama lingkungan pergaulan. Bagi para remaja, teman adalah hal yang sangat berharga. Mereka rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengobrol dan menghabiskan waktu seharian bersama teman. Dari lingkungan tersebut dirimu akan terwarnai atau mewarnai. Terpengaruh atau memberi pengaruh.

Tidak sedikit pemuda yang terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak baik. Fakta tersebut kita lihat baik melalui media cetak, televisi ataupun dari sekitar kita. Anak muda yang ditangkap polisi karena memakai bahkan mengedarkan narkoba. Saat polisi merazia pada malam hari, ditemukan remaja yang sedang minum-minuman keras. Pada berita lainnya, didapatkan muda-mudi yang sedang nongkrong di tempat gelap dan lain sebagainya. Tidak jarang pula, perbuatan-perbuatan maksiat tadi dilakukan oleh orang-orang yang usianya sudah dewasa. Penyesalan selalu datang terlambat. Mereka-mereka yang kita sebut pelaku memiliki rasa bahwa hal yang dilakukan adalah perbuatan dosa. Setiap manusia pasti mempunyai kesadaran akan hal itu. Namun, yang membedakan adalah nafsu yang memimpin mereka atau iman yang menjadi panduan. Tak perlu mengingat-ingat apa yang sudah terjadi, yang perlu dilakukan adalah bertobat dengan sungguh-sungguh. Jangan bongkar aibmu, jangan ceritakan masa lalumu, karena keburukanmu telah ditutup oleh-Nya. Maha Penerima tobat.

Jika kita melakukan kesalahan yang berulang-ulang dan terus-menerus meminta maaf. Seseorang itu akan menjadi kesal dan jera untuk menerima maaf kita. Berbeda dengan Rabbmu, kawan. Allah selalu menerima tobatmu. Allah senang jika hambanya bertobat dan tidak akan bosan menerima tobatmu selama matahari belum terbit dari tempat terbenamnya. Oleh karena itu, jangan tunda tobat, bersegeralah. Setiap manusia sejatinya selalu mendapat hidayah, hanya ia mau mengambilnya atau mengabaikannya.

Baru-baru ini gerakan dakwah yang dipelopori anak muda sedang marak terjadi. Hal ini patut kita syukuri dan seharusnya kita juga ambil bagian di dalamnya. Mereka bergerak dari segala lini mengikuti tren yang sedang berkembang, dengan harapan, dakwah tadi mampu masuk ke komunitas-komunitas anak muda. Sedikit demi sedikit, perjuangan itu membuahkan hasil yang sangat mengagumkan.

Komunitas-komunitas hijrah bermunculan, ada pula komunitas tato bertobat, di sana bergabung mereka-mereka yang sempat bergumul dengan dunia malam serta tato ada di tubuh mereka. Perlahan mulai meninggalkan dunia itu, tato-tato tadi pelan-pelan juga mereka hapus. Yang bisa mengajak mereka adalah pemuda yang tidak memberi stigma, yang dengan tangan terbuka, hati lapang berbicara dari hati ke hati. Mereka tidak akan hadir di kajian-kajian atau duduk melingkar mendengar ustaz di masjid berceramah. Sebagian besar merasa malu dan takut untuk masuk ke masjid apalagi berhadapan dengan ustaz dan ustazah.

Komunitas-komunitas hijrah tadilah yang dapat masuk untuk berbicara santai, sekadar mengobrol dan sharing. Baru perlahan- lahan, dakwah akan tersampaikan. Ajak mereka untuk ikut kegiatan, temani dan sampaikan, ubah mindset takut dan malu menjadi berani berharap karena Rabbnya tidak akan meninggalkan mereka.

Tak sedikit bukan, dai-dai juga ustaz yang gerakan dakwahnya, masya Allah. Ilmu yang mereka sampaikan begitu besar dirasa manfaatnya untuk umat. Begitu banyak hati-hati yang tersentuh karena ucapan beliau. Banyak yang memulai peran dakwahnya masing-masing akibat tergerak karena mendengar ceramah dan membuka video-video kajian. Padahal mereka dahulunya ada yang mantan preman atau yang kerjaannya mengajak orang lain berbuat maksiat. Banyak di antara kita yang mendengar kisah mereka langsung dari mulut beliau-beliau sendiri, yang dengan kisah tersebut dapat kita ambil hikmah dan pelajarannya. Yang terpenting bukan siapa kita dahulu, tapi siapa dan apa yang kita perbuat sekarang. Ya, siapa kita SEKARANG!!

Satu di antara mereka, beberapa kali sering saya lihat muncul video kajian maupun video pendek di IG. Gaya beliau khas anak muda dan banyak menarik anak muda lainnya. Beliau berkata inilah jalan saya sekarang, ia telah berada di jalan dakwah. "Saya ingin dengan berbuat ini dapat meringankan dosa-dosa yang telah saya perbuat di masa lalu," ucap beliau.

Masya Allah, proses yang tertakdir bagi beliau sehingga menjadi pejuang dakwah. Pada postingan Instagram beliau dengan jumlah followers yang cukup banyak, semua berisi tentang dakwah. Tak ada kehidupan pribadi yang dipostingnya, seperti kebanyakan orang pada umumnya, yang memposting keluarga dan anak-anak mereka dengan alasan ingin membagikan kebahagiaan kepada yang lainnya. Lalu, jawaban atas pertanyaan kenapa ustaz tidak pernah memposting tentang keluarga, "Menjaga hati untuk menjaga perasaan," jawab beliau. Tidak semua orang dianugerahi dengan hal-hal serupa. Jika memposting tentang kebahagiaan bersama pasangan, bagaimana perasaan seseorang yang masih single dan mendamba memiliki pasangan. Jika memposting tentang tawa bersama anak, bermain bersama mereka. Bagaimana perasaan sepasang insan yang belum dikaruniai keturunan dan sangat menantikan kehadiran buah hati. Simpel tapi mengena. Diingatkan dengan hal-hal yang sederhana, namun sering terlupa, yakni hendaknya menjaga perasaan orang lain. Hal-hal yang jarang dirasa pada masa-masa sekarang ini. Orang-orang yang mulai kehilangan rasa peka terhadap lainnya, rendahnya empati, dan rasa cinta pada diri yang terlalu berlebihan.

Begitu pula halnya dengan makanan, postingan makanan yang merajalela, sebelum makan seolah wajib, memfoto dan memposting makanan dengan judul, "mencicipi kuliner di sini", makan di restoran baru dan lain sebagainya. Sebenarnya apa yang ingin dicapai dari segala aktivitas itu, tidakkah sedikit sensitif dengan orang lainnya, yang hanya bisa melihat foto namun tak mampu membeli makanan itu. Padahal, orangtua zaman dahulu, sering berkata, jika tak membawa makanan, jangan diceritakan nanti mereka kepengin. Ataupun jika hanya sedikit makan saja di rumah, jika dibawa nanti tak cukup bagi, kasihan yang lain.

Dari Abu Dzarr ra., bahwa Rasulullah saw., bersabda, "Apabila engkau memasak kuah, perbanyaklah airnya dan berilah kepada tetanggamu." (HR. Muslim)

Tetangga yang mencium bau makanan yang kita masak, wajib bagi kita memberinya ataupun buah dari pohon kita yang berbuah di pekarangan tetangga, hasilnya boleh diambil tetangga kita. Kita terus berdoa, agar diberi pemahaman. Dengan itu, hati kita tak mati dan sensitivitas terjaga di dalam mengarungi kehidupan di akhir zaman. Maksiat seolah-olah dilumrahkan dan dibolehkan dengan berbagai macam dalih.

Jangan pernah berandai-andai, jika aku begini di masa lalu, andaikan aku begitu di masa lalu. Beranda-andai adalah jalan masuk setan. Yang sudah terjadi padamu, pasti terbaik untukmu. Yang perlu dilakukan adalah jangan ulangi perbuatan buruk yang akan kemungkinan disesali pada kemudian hari. Jika sudah terjadi katakan Qadarullah dan jika belum terjadi, kau masih diberi izin untuk berikhtiar, mencoba melakukan yang terbaik.

Setiap orang memiliki kelebihan dan peranan yang sejatinya tergariskan untuk dirinya. Jangan merasa rendah diri dengan orang lain. Pandanglah kelebihan yang Allah titipkan pada dirimu. Seseorang yang ahli dalam dunia grafis, dapat membuat film-film kartun islami, mengajarkan anak-anak kita beralih dari tontonan kartun yang tidak berfaedah menjadi mendapatkan tontonan yang berilmu, seperti film kartun Nusa dan Rara. Yang setiap episodenya mengajarkan ilmu-ilmu, doa-doa yang akan ditiru dan diikuti oleh anak-anak.

Ada yang diberi kelebihan dalam hak masak-memasak. Keahlian masak juga bisa membantu dalam dakwah. Yakni, masak untuk memberi makan orang-orang yang membutuhkan atau bahkan mengikhlaskan tenaganya untuk memasak di dapur bersama yang lain untuk memberi pasokan makanan kepada para ustaz yang sedang berceramah dan tim-tim yang terlibat di dalamnya. Bernilai pahala, berbentuk sedekah, berbuah kebahagiaan.

Ada yang diberi kelebihan dalam berbicara, la jago sekali dalam berpidato dan percaya diri di hadapan orang ramai. Dapat menjadi moderator kajian ataupun seminar keilmuan yang akan membantu dan memberi manfaat. Lebih dari itu, ia sendiri kan mendapat ilmu dari tiap kajian yang dimoderatorinya. Mengenal orang-orang baik dan saleh-salehah. Menambah daftar teman yang akan mengajaknya ke surga. Imam Syafi'i berkata, "Jika engkau punya teman yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah, maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskan. Karena mencari teman baik itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali."

Ibnul Jauzi pernah berpesan kepada sahabat-sahabatnya sambil menangis, "Jika kalian tidak menemukan aku di surga bersama kalian, maka tolonglah bertanya kepada Allah tentang aku, 'Wahai Rabb kami, hamba-Mu Fulan sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami tentang Engkau. Maka masukanlah dia bersama kami di surga-Mu.'"

Pasti sudah tahu dan sering mendengar Ustaz Felix Siauw dan Hj. Irene Handono. Iya beliau berdua adalah pendakwah yang banyak berkontribusi untuk umat. Bisa dilihat dari nama, bahwa keduanya tidak lahir dari rahim seorang muslimah. Mereka melalui proses panjang, mereka mencari siapa Rabbnya, melalui jalan panjang, dan saat hadirnya hidayah, disambutnya dengan rasa syukur. Ustaz Felix Siauw bahkan sempat menjadi atheis. la menemukan Rabbnya dengan 'berpikir', dikaruniai otak yang cerdas, dengan pengetahuan sains, bagaimana hadirnya seorang makhluk hidup di dalam rahim. Menyadarkannya bahwa segala sesuatu ada tidak dengan sendirinya tetapi ada Rabb yang menciptakan. Begitupun dengan Hj. Irene Handono, seorang biarawati yang menemukan kebenaran Islam justru di saat ia sedang mencari kelemahan Islam. Tentu saja tak kan ada kekurangan di dalamnya. Beliau pun mendapat hidayah, bahwa Islam itu benar, setelah ia membaca, menghayati surah Al-Ikhlas, Qul huwallaahu ahad, Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa."

Sumber: Herawati. (2022). Menjadi Hamba yang Dicintai Allah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Posting Komentar untuk "Hingga Matahari Terbit di Tempat Terbenamnya"