Tidak Dilalaikan

Saat ini, usaha Sulaiman sedang menanjak. Pembeli begitu ramai, dan tentu keuntungannya semakin berlipat. Sehingga godaan untuk mengundur waktu salat sesekali mampir. Tetapi, ia mencoba untuk tetap menjaga waktu salat, sehingga setengah jam sebelum masuk waktu salat. Ia bersama karyawan memohon izin untuk istirahat kepada para pelanggannya.

Para pesaingnya berpikir mereka menyia-nyiakan kesempatan, ramainya pembeli belum tentu setiap saat. Kapan lagi kondisi sedemikian baik sebagaimana yang diharapkan. Namun, ia tetap pada pendiriannya untuk melaksanakan salat di awal waktu. Menariknya, walau mereka menutup sementara aktivitas jual belinya, pembeli tetap rela menunggu. Dan yang lebih menggembirakan justru sebagian pembeli mengikuti jejaknya untuk berjemaah salat Zuhur di masjid dekat tokonya.

Sulaiman menyadari dengan baik, bahwa waktu yang dipergunakan untuk salat hanya sejenak. Salatnya ia bersama karyawan justru semakin menguatkannya untuk selalu mengingat Allah dalam menjalani bisnisnya, selain membuatnya agar selalu menjaga etika berdagang yang dicintai Allah dan pastinya lebih membuat berkah usahanya.

Apa yang dilakukan Sulaiman, sebenarnya merupakan reka ulang kaum muslimin di masa para sahabat, sebagaimana diinformasikan oleh sahabat seperti Abdullah bin Umar, Ibnu Abbas, dan Ibnu Mas'ud, bahwa saat mereka mendatangi pasar. Ketika azan telah berkumandang, semua pedagang menutup tokonya dan bergegas untuk melaksanakan salat berjemaah.

Menurut para sahabat Rasulullah tersebut, mereka yang tidak dilalaikan dari mengingat Allah saat berniaga itu adalah orang-orang yang disebutkan Allah dalam Al-Qur'an:

"Orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat)." (QS. An-Nur: 37)

Dalam menafsirkan ayat tersebut Departemen Agama RI dalam Tafsir Tahlili mengungkapkan bahwa di antara orang-orang yang akan diberi Allah pancaran Nur Ilahi itu ialah mereka yang tidak lalai mengingat Allah dan mengerjakan salat walaupun melakukan urusan perniagaan dan jual beli, mereka tidak enggan mengeluarkan zakat karena tamak mengumpulkan harta kekayaan, mereka selalu ingat akan hari akhirat yang karena dahsyatnya banyak hati menjadi guncang dan mata menjadi terbelalak. Tentu bukan berarti mereka mengabaikan sama sekali urusan dunia dan menghabiskan waktu dan tenaganya untuk berzikir dan bertasbih, karena hal demikian tidak disukai oleh Nabi Muhammad dan bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah,

"Berusahalah seperti usaha orang yang mengira bahwa ia tidak akan mati selama-lamanya dan waspadalah seperti kewaspadaan orang yang takut akan mati besok." (Riwayat Al-Baihaqi dari Ibnu Auz)

Urusan duniawi dan urusan ukhrawi keduanya sama penting dalam Islam. Seorang muslim harus pandai menciptakan keseimbangan antara kedua urusan itu, jangan sampai salah satu di antara keduanya dikalahkan oleh yang lain. Melalaikan urusan akhirat karena mementingkan urusan dunia adalah terlarang, sebagaimana disebut dalam firman-Nya:

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta-bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (QS. Al-Munafiqun: 9)

Sumber: Zuhri, Saepudin. (2022). Salat On Time, Karena Mati Any Time. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Posting Komentar untuk "Tidak Dilalaikan"