Akhirnya Menikah

Ada seorang kawan yang mengeluhkan tentang masalah asmaranya. Sebagai perempuan, ia sudah berkali-kali hampir menikah. Namun, kembali gagal dan tidak terjadi. Ia meminta nasihat, harus seperti apa agar berjodoh dan menikah.

Saya mengatakan, bahwa jodoh itu rahasia Allah, namun ada satu hal yang selalu saya yakini. Apa pun itu, termasuk jodoh, harus dimulai dengan kebaikan, dan dijalani dengan kebaikan.

Tanpa bermaksud mengajari, walaupun ia lebih muda. Saya memohon izin untuk bertanya, apakah niat awal setiap menjemput jodoh itu? Dan apakah cara menjemputnya dengan kebaikan?

Teman saya terdiam, ia menghela napas. Hingga akhirnya dia justru berucap ingin bertaubat. Ia ingin memperbaiki niat dan caranya menjemput jodoh. Dengan suara pelan, sebelumnya sering kali ia ngotot ingin memiliki pasangan karena malu tentang umur dan soal teman lainnya yang sudah menikah. Adapun tentang caranya, ia akui sering kali kebersamaan dengan lawan jenis lebih mendekati hal yang tidak disukai Allah.

Saat ia hendak memperpanjang kisah cinta sebelumnya, saya sengaja potong dengan pertanyaan selanjutnya yaitu tentang orang tuanya. Apakah ibundanya sudah ia perlakukan dengan indahnya bakti sebagai seorang anak? Begitu juga ayahnya, sudahkah hatinya dibuat bahagia?

Ia kembali menghela napas untuk menjawab pertanyaan tentang orang tuanya. Dan mengatakan justru ia seperti tenggelam dengan lelaki, dan sering kali ada kebohongan-kebohongan kepada kedua orang tuanya. Ia pun merasa selalu saja ada bahan pertengkaran dengan ibunya, apalagi jika perempuan yang melahirkannya itu mengeluarkan pendapat tentang pasangannya.

Dengan pelan saya mengatakan bahwa sekuat apa pun kita menginginkan seseorang menjadi jodoh kita. Jika bukan jodohnya selalu ada jalan untuk berpisah. Namun, jika semua diniati dengan baik, dijalani dengan kebaikan, dipantaskan dengan kebaikan. Maka walaupun belum berjodoh, semua bernilai kebaikan. Sebaliknya, jika semua dilakukan tanpa kebaikan, selain menyisakan penyesalan, juga hanya mendatangkan permasalahan baru yang sering kali mendatangkan kesedihan.

Satu lagi pesan, agar memasrahkan semua kepada-Nya. Allahlah pemilik hati, mohonkanlah dengan penuh kepasrahan, jangan batasi Tuhan dengan keinginan semu yang sering kali berasal dari hawa nafsu. Yakinilah dengan sepenuh hati, bahwa apa pun yang diberikan-Nya adalah yang terbaik untuk kita. Termasuk soal jodoh, mungkin saat ini belum terkabulkannya pernikahan, karena Allah Mahatahu yang terbaik. Ungkapkan permohonan kepada Allah dengan penuh kerendahan hati, agar diberikan anugerah jodoh yang terbaik menurut-Nya.

Singkat cerita, teman saya itu kemudian mengubah mindset dan kebiasaannya. Sehingga tidak terburu-buru dan seperti kebelet. Ia coba niatkan semua untuk meraih rida Allah dan mengikuti sunahnya. Semula hubungan dengan orang tuanya kurang mesra, kini ia coba rajut dengan indahnya kasih sayang. Jika sebelumnya, ia menyepi dengan lelaki yang belum tentu menjadi suaminya. Kini, ia selalu mengajak ibundanya untuk makan malam, atau sekadar mencicipi bakso yang sedang viral. Senyum dan doa ibundanya selalu menghiasi hari-harinya. Apalagi tidak lama, ia kembali mendapatkan pekerjaan sebagai pengajar di sebuah lembaga.

Semula ia kurang memperhatikan waktu-waktu salat. Kini ia berupaya memperbaiki hubungannya dengan Allah, dengan berupaya salat awal waktu. Setelah salam dan berzikir, tidak lupa ia selipkan doa, agar diberi pendamping hidup yang terbaik menurut Allah.

Dengan penuh kerendahhatian dan kepasrahan, serta pikiran yang tidak lagi penuh ketergesaan. Biarlah Allah mengirimkan jodoh untuknya di saat yang terbaik.

Dan benar saja, waktu yang tepat menurut Allah itu akhirnya datang. Tanpa disangka, saat hampir genap dua bulan dan pikiran tentang jodoh agar memudar. Justru ia dikagetkan oleh rekan perempuannya, yang memohon izin. Bahwa salat satu guru lelaki hendak meminangnya. Mereka akhirnya menikah dengan niat dan perjalanan yang bertabur kebaikan. Sungguh tak ada kesia-siaan dalam kebaikan, sekecil apa pun. Adalah tidak mungkin Allah taala akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang menyambut azam dengan kesungguhan dan hati yang penuh ketundukan, seraya bersegera menghadap Tuhannya dengan ketulusan dan kecintaan

Sumber: Zuhri, Saepudin. (2022). Salat On Time, Karena Mati Any Time. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Posting Komentar untuk "Akhirnya Menikah"